IT'S OFFICIAL!!!"Jadi, selain city, Williamstown, Dandenoong, elo mau kemana lagi Nor selama di Melbourne?" tanya Imam ketika rencana pergi semakin dekat dan sedang menyusun rencana. Jawabnya adalah: "terserah elo mau bawa gue kemana, Mam, tapi...kita harus pergi ke Great Ocean Road ya, pleaseeeeee......."
Seperti para Melbournian pada umumnya, untuk mencapai Great Ocean Road yang ternyata jaaaaauuuhhh banget, selalu berpatokan pada: perkiraan cuaca. Jadilah di Selasa 18 Agustus, kami berkendara menuju the great ocean road dengan tujuan utama: Twelve Apostles. Perjalanan dimulai selekas sarapan di rumah, setelah malam sebelumnya sudah buat makanan yang akan dibuka sepanjang jalan menuju Port Campbell, tempat dimana Twelve Apostles berada atau lebih terkenal dengan The Great Ocean Road. "Nor, sepanjang great ocean road itu banyak kota kecil yang caaaanntttiiikkk banget, makanya kita bawa makanan, jadi bisa barbeque di taman, bisa ngopi di taman. And malam ini kita akan tidur di Lorne, di cabin di sebuah taman. Seru banget, Nor!" kata Imam berpromosi. Tapi, saking excitednya mau ke salah satu tempat yang banyak diambil foto karena kecantikan alamnya, udah ngga peduli lagi tuh, mau tidur di tenda kek, mau tidur di motel kek, mau tidur dimana aja juga yang penting sampai ke tempat yg dituju. Pokoknya udah lupa bahwa masih musim dingin dan angin bertiup seolah ingin mencabut pohon-pohon dari akarnya, saking kuencengnya.
Keluar dari Mont Albert, rumah Imam, melewati city of Melbourne yang selalu menarik walaupun awan kelam menggantung. Harap-harap cemas agar hari ini cerah ceria mempesona demi hasil yang menakjubkan lewat kamera. Aduuuuhhh...udah sampai di Geloong, kota pertama lepas dari Melbourne, kok awan masih ngegantung yah! Hhhhhhmmm...padahal pemandangan laut akan sangat sempurna ketika langit cerah dan matahari bersinar, bukan? Jadilah kami merapat di Geelong untuk melakukan ritual harian di pagi hari: coffee time.
The Pier at Geelong
Selekas menghangatkan perut dengan Brasilian instant coffee blend dan 1 potong chocolate cake dan 1 potong apple crumble dibagi 4, kami melanjutkan perjalanan yang masih panjang, dan masih banyak kota kecil cantik menanti di depan mata.
Kota cantik berikutnya adalah: Queenscliff. Kota tua yang sangat cantik dan tenang dan very vintage. Di salah satu sudut kota terdapat satu bakery dengan bangunan asli ketika kota ini berdiri, sekitar tahun 1850-an, very old, indeed. Landmark untuk kota ini adalah: the lighthouse tower atau menara mercu suar. Di seputar kota kecil ini terdapat beberapa cafe kecil tempat bersosialisasi, beberapa hotel tua yang masih mempertahankan bangunan lama, the bricks house, kantor pos dan yang selalu ada di setiap sudut kota; besar maupun kecil: perpustakaan.
the vintage Queenscliff Inn - bricks house
Lighthouse the landmark of Queenscliff
3 Indonesians in the landmark of Queenscliff, Victoria
"So Nora, I'd like to warn you about something. Don't expect too much about the Twelve Apostles that you're gonna see a grand view. You could only see them from far, and they might not be 12 anymore. I guess there are 7 rocks left. Well, some of them fell down to the sea, some of them were stroke by the nature"
Mungkin David tidak ingin membuat kecewa orang yang berharap bahwa akan melihat kejadian alam yang akan bikin orang ternganga, terjengkang atau terperanjat. 12 Apostles, atau 12 Rasul karena batu tersebut pada awalnya, yang dikerjakan oleh para pekerja untuk menyambut kedatangan para pahlawan Australia yang bertempur pada Perang Dunia. 12 batu ini disusun sehingga ketika dilihat dari jauh seperti 12 Rasul yang sedang bearda di meja Perjamuan Terakhir. Batu pertama ini adalah yang dilihat selepas melewati Queenscliff.Kami bersegera sebelum malam menjelang. Kota kecil yang kami tuju untuk menumpang tidur malam ini adalah: Lorne. Terkesan romantis tidur di dalam cabin di sebuah halaman besar. Dinngggggiiiinnnn...luar biasa, namun karena ada dapur sendiri untuk memanaskan curry yang dimasak dari rumah, maka...kami main rumah-rumahan di cabin ini. Niiiiiiceee....! Lorne kota yang sangat cantik, walaupun matahari sudah tenggelam dan malam menjelang dengan tingkat dingin yang sangat lumayan untuk jalan-jalan keluar cabin. Well....baik jalan sebelum makan malam dan sebelum tidur dan...sebelum menenggak Port untuk mengusir dingin dan memerahkan pipi.
next morning at Lorne
Good morning, everybody! The sun welcomed us this morning with its yellow and strong ray! Yiiipppiieeeyyy....it's gonna be a gorgeous and fine day! Setelah menghabiskan makanan pada sarapan pagi itu, kami segera beranjak dari Lorne menuju satu tempat menakjubkan berikutnya: Apollo Bay.
Cape Patton on the Great Ocean Road
Sekarang mengerti kenapa namanya harus The Great Ocean Road, and memang ngga nambah-nambahin kok. Di sepanjang jalan sebelah kanan, garis pantai tidak putus. Sangat cantik, sementara di sebelah kanan jalan adalah lembah dengan rumah-rumah cantik dengan pemandangan ke laut. Gorgeous...!!!
at Apollo Bay
Apollo Bay, parkir mobil di bawah lalu...hiking, atau naik-naik ke puncak gunung. Ueeddyaaann....udara tipis, jalan menanjak walaupun aspal, tapi lumayan banget. Hampir 1 kilometer. Habis udah karbohidrat yang dihajar waktu sarapan. Tapi, sampai di puncak dan melihat pemandangan di bawah, ngga mungkin nyesel dan ngga mau nyesel. Kereeeen bangeeeettt....!!! Berpose dengan berbagai gaya yang menakjubkan sambil beristirahat sejenak, tiba saat untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke tujuan awal: Twelve Apostles yang terletak di Port Campbell.
the magnificent Twelve Apostles in my background
Well...it pays! It paid a lot after being in the car for almost a day, we've finally reached this magnificent place at Port Campbell: Twelve Apostles. Need to say more? Berjalan dari parkiran untuk melihat view ini, lumayan jauh. Bisa lihat dengan berjalan di sepanjang jalan yang dibuat sangat aman untuk para pengunjung, dengan pagar mengelilingi, bisa juga menyewa jawa helikopter untuk melihat pemandangan dari atas. Mungkin kalau dari atas terlihat puing-puing yang dahulu adalah salah satu batu.
"Nora, would you like us to take the mountainous road or ocean road to go back to Melbourne?"
He...he...he....enak ya jadi tamu, baik banget tuan rumahnya. David sangat ingin menunjukkan kecantikan alam Victoria dan kembali ke Melbourne tidak harus melewati jalan yang sama dengan jalan ketika pergi. Percaya dengan David yang asli putra Melbourne, jalan apapun yang ditempuh pasti cantik dan berkesan. Just show me Australia, David!!!
at Camperdown
Melbourne pasti tidak terlalu jauh lagi, tapi sebelum mencapai kota itu, beberapa kota cantik bisa dilewati, termasuk Camperdown, dimana kami berkesempatan untuk mampir dan minum kopi dan coklat hangat sore itu. Sayang kedai coklat yang David ingat ada disana sudah tidak ada lagi, maka kami mampir di sembarang kedai kopi. Cukup menyegarkan, untuk meluruskan kaki yang sudah lama disusun di mobil.
"Nora, you might be the 1st Indonesian who reached Camperdown! No Indonesian has ever been here before...." Berlebihan? Mungkin iya, mungkin tidak. Apapun itu, I loved this Camperdown. It's another coutry town in Victoria. It's marvelous! Lovely!
Hmmm....senja sudah tiba. Pemandangan semakin romantis, sepanjang jalan pertanian luas menghampar dengan ternak yang masih merumput. Sangat mengasyikkan melihat pemandangan yang lain dengan pemandangan yang sering dilihat selama ini.
at a gravel road - very Aussie girl (David said)
Melbourne. Sudah malam, waktunya dinner. Kali ini tidak ada tenaga untuk masak, kami beli pizza di satu resto Italia dekat rumah, dan sewa film. Tapi pasti tidak akan sempurna ditonton karena capek dan ngantuk. Menakjubkan! Luar biasa!
On the way to Melbourne as the sun still lent its ray, I wrote down the journey! So I wouldn't forget important things, moments and places.
So long Victoria...! Until then...
Comments
Post a Comment