Perjalanan sepuluh hari pulang ke Sumatera di Juni 2022 lalu meninggalkan banyak makna. Rasa yang makin mengena yang pada perjalanan-perjalanan sebelumnya sejak usia muda malah mudah dilupa. Mungkin usia. Seorang teman baik pernah membagi perasaannya tentang nostalgia: "rasanya, setelah semakin tua aku makin ingin dekat dengan keluarga. Bercengkrama, bertukar sapa walau hanya bisa mendengar suara tanpa harus bertatap muka." Kalimat tersebut begitu menghanyutkan. Sehingga, ketika pada akhirnya perjalanan di bulan Juni lalu berakhir, rasa dan nostalgia itu masih terus bergelayut. Perjalanan yang dulu di masa muda terasa lama, sekarang meninggalkan rindu yang membabi buta. Ingin kembali kesana. Dan, kali depan aku harus pergi bersama dia. Teman hidupku. Berbagi rasa dan nostalgia. Berdua. Bersama.
Sinar matahari yang hangat menyambut kami di bandar udara Silangit, Siborong-borong. Perjalanan menyusuri danau Tobapun dimulai. Diawali di Geosite Huta Ginjang yang menurut satu artikel di https://travel.kompas.com adalah tempat terbaik untuk melihat pemandangan Danau Toba. Benar. Magis. Di tempat itu, Uda (panggilan untuk adik laki-laki dari pihak ayah di masyarakat Batak Toba) memainkan perannya sebagai tour guide kami yang handal. Menunjuk beberapa titik yang nantinya akan kami singgahi. Memang terasa bedanya kalau mendapuk seorang pendidik menjadi pemandu perjalanan. Dari semua geosite dan geopark, yang terdengar dan terngiang adalah: "kita nanti akan ngopi di tempat yang ok banget. suasananya seperti di Swiss." -- baik, akan kita lihat Swiss dari kacamata Uda.
Balige adalah ibukota Kabupaten Toba yang sejak dulu sering dijadikan tujuan wisata alam karena terletak di tepi Danau Toba. Dan, Danau Toba dilihat dari titik manapun, dari kampung marga apapun memang cantik. Kami menghabiskan siang dan sore hari itu di Balige, mengunjungi beberapa tempat wisata, termasuk museum T.B. Silalahi Center dan makam pahlawan Sisingamangaraja. Hari ini kami bermalam di hotel cantik di tepi Danau Toba: Tiara Bunga yang ditempuh dengan menumpang perahu dari satu dermaga di Balige. Alamak, mantap kali bah!
Hotel Tiara Bunga, yang bisa dipesan melalui aplikasi Traveloka, membuatku jatuh cinta sekali lagi kepada Danau Toba di hari itu. Kamar yang aku tempati dengan sepupu berada di lantai dua. Ketika pintu menuju balkon dibuka, pemandangan kami adalah hamparan Danau Toba yang indah. Hotel yang cocok sekali untuk bulan madu pertama, kedua, ketiga dan selanjutnya. Aku rindu suamiku, yang karena tidak bisa cuti dari pekerjaannya, cukup dulu digoda dengan foto-foto indah perjalananku.
Piltik Coffee di Siborong-borong menjadi destinasi kami di hari berikutnya. Memang cantik namun bukan seperti Swiss; setidaknya pernah tahu beberapa warung kopi di Swiss. Kopi enak, tempat cantik dan pemilik sungguh baik. Hari ini kami akan menyeberang ke Pulau Samosir melalui Tele. Mampir melihat lagi Danau Toba dari Menara Pandang Tele seperti sudah menjadi keharusan bagi para pelancong yang melewati jalan ini. Menjelang sore, kami sampai di Geopark Kaldera Toba di Sigulatti. Aahh...setelah beberapa kali akhirnya tahu dengan persis dan pasti benar tentang sejarah terjadinya Danau Toba dan Pulau Samosir dan jadi makin cinta.
Pemandangan dari Gedung Pusat Informasi Geopark Kaldera Toba Sigulatti
Hari ini dan beberapa hari ke depan kami menghadiri acara di Pulau Samosir yang menjadi acara inti perjalanan pulang kampung dalam rangka reuni lima tahunan keluarga besar kami. Senang berkumpul kembali, menghadiri acara adat, manortor dan mengunjungi makan para leluhur kami.

Berkumpul di desa leluhur di Samosir
Selesai acara keluarga, kami melanjutkan perjalanan menyisir Samosir dan Danau Toba untuk kembali ke Sumatera. Malam ini kami tiba di Parapat. Kota kecil yang menarik. Kota yang menjadi salah satu akses menuju ke dan keluar dari Pulau Samosir. Kami bermalam di hotel Khas Parapat yang juga bisa dipesan di aplikasi Traveloka. Hotel yang cantik karena langsung bersebelahan dengan Danau Toba dimana berbagai wisata menjelajah danau menjadi pilihan kegiatan yang menyenangkan dan mengesankan terutama jika matahari bersahabat.
Keesokan siang, dari Parapat kami menuju ke Porsea dan mengunjungi beberapa tempat wisata seperti: Taman Eden 100, dimana di dalam hutan lindung itu terdapat warung kopi rustik: Shaky House. Mampirlah jika ada kesempatan dan nikmati sensasi kopi mereka. Hari itu kami berpisah di Porsea. Keluarga Uda menuju Balige untuk pulang ke Bandung di hari berikutnya, dan kami (aku, abang dan anaknya) menuju ke Berastagi di Tanah Karo untuk menginap di Jaranguda, Simalem di dua malam terakhir sebelum kami kembali pulang ke Pulau Jawa melalui bandara Kualanamu, Sumatera Utara.
Luar biasa perjalanan kali ini. Sepanjang perjalanan, aku dan suami, berbagi janji untuk kembali menyusuri perjalananku ke Sumatera Utara kali ini. Kami ingin melihat dunia lagi. Kami ingin menjelajah lagi Indonesia yang luar biasa indah ini. Ayo, jalan-jalan lagi keliling Indonesia dan terpesona dengan keindahan negeri tercinta kita. Liburan lagi, staycation lagi dengan orang tersayang bareng Traveloka. Booking hotel murah di Traveloka hotel dengan masuk ke tautan ini: https://www.traveloka.com/id-id/hotel . Jadikan liburan dengan Traveloka menjadi nostalgia yang bermakna bersama dia.
"Yuk #LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi' dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan"







Comments
Post a Comment