Skip to main content

Socializing in SoHo


"my socialite friends ^_^"
DITRAKTIR vs MENTRAKTIR
"So...mau pilih ditraktir atau nraktir gue?"
Itu adalah kalimat yang terlontar dari Imel, one of my close friends, seminggu lalu. Seminggu sebelum dia merayakan ulang tahunnya yang ke....ehem ehem tahun.
Imel, biasanya, lebih senang ditraktir di satu resto/cafe/tempat baru dibanding kami mentraktir dia dan dia mendapat kado dari kami.
Setelah berembuque (bukan kata baru lho...) sekitar beberapa hari, akhirnya kami sampai pada kata sepakat: "mentraktir Imel".
Pilihan ini relatif memudahkan kedua belah pihak: yang ditraktir dan yang mentraktir. Karena yg ulang tahun akan makan tanpa bayar, sementara yang lain tidak harus bersusah payah mencari kado, yang relatif akan lebih sulit dan makan waktu, untuk diberikan pada hari "H".
Pertanyaan berikut adalah: dimana?!
Lalu...muncullah sederet nama resto baru yg belum pernah kami masuki. Sampai pada akhirnya tersebut satu nama: SoHo alias Social House.
SoHo
2 tempat yang diawali dengan Soho saya tau ada di dunia ini: 1 di London (dekat Picadilly Circus, atau pusat kota London kalau tidak salah) dan satu lagi di satu belahan tempat di New York, Amerika Serikat. He...he...he...katanya sih tempat yg berbau art, resto, dan keriaan lainnya, tempat kumpul para seniman di kota tersebut, tempat dimana galeri lukisan, pertunjukan musik dll berada.
Saya yakin kalau jalan ke Soho di 2 tempat tersebut akan sangat menarik. Lalu, apakah SoHo yang di Jakarta?
SoHo atau disebut Social House adalah sebuah resto yang berada di dalam satu department store premium import dari Inggris Raya dan terdapat di Grand Indonesia: Harvey Nichols.
Kalau ngeliat dari hasil review beberapa penggemar makan atau tempat hang out baru di Jakarta, tempat ini mendapat rating tinggi untuk: tempat/ambience, makanan dan service, dan pasti: ada harga ada barang, atau mahal.
Lalu ada satu statement dari seorang teman yang agak membuat saya gentar sebelum sampai ke jam makan malam: orang-orang yang pergi ke Harvey Nichols seolah merasa sebagai Londoner, jadi agak aneh. Plus...porsi makanan di SoHo ini relatif kecil. Mungkin mengambil gaya Perancis, jadi agak kecil tapi...mahal!
Jakarta oh...Jakarta
Setuju bahwa resto ini dapat bintang 4 di review pembaca dan penggemar kuliner untuk kategori ambience. Ada 2 bagian resto ini: untuk nge-wine dan tapas dan untuk nge-dining yg smoking dan non smoking. Untuk nge-wine dan tapas (makanan kudapan/snack untuk ramai-ramai dan beragam), ada teras terbuka sehingga pemandangan patung bundaran HI akan terlihat jelas, tapi apes kalau lagi hujan deras karena pasti kena tampias air hujan. Sementara untuk tempat makan besar, kayu adalah dekor utama resto ini. Terkesan modern dan cozy.
Makanan relatif mahal, karena ukurannya yang kecil. Chili's memang mahal, tapi...porsinya besar! Tony Romas memang mahal, tapi...porsinya Amerika banget, alias besar dan banyak.
Kami datang berlima: saya, Imel dan Nanon adik Imel, Julia dan Lina. Menu tidak terlalu banyak. Bagus, sehingga fokus dan rasa bisa dipertanggungjawabkan. Menu dibagi atas East dan West, mulai dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup.
Ngintip makanan yang kami pesan?! Yuuukkk...


Ini pesanan saya:
charcoal grilled short ribs: 110 rb
roasted potato: 20 rb
strawberry juice: 18 rb










Ini pesanan Julia:
korobuta pork chop: 150 rb
juice pear: 18 rb




Saya bukan penilai kuliner, maka tidak akan membahas rasa makanan, kebersihan makanan (yang harusnya tidak perlu diragukan lagi) dan tampilan makanan. Setelah makanan utama, kami memesan 2 makanan penutup untuk dibagi berlima: sangat Londoners ya, ngga mau makan terlalu banyak buat sendiri, apalagi dessert. Coba choco plus cake dengan coklat leleh plus vanilla ice cream tiap disendok dan...almond parfait! C'est la bonne! Parfait! Enak banget, dan porsi lumayan besar! Harga dessert berkisar dari 40 rb - 65 rb (kalau tidak salah ingat, maaf ya...^o^)
Sebenarnya saya lebih tertarik mengomentari fenomena tempat hang-out di Jakarta. Lalu, fenomena hang-out diikuti dengan fenomena tingkah laku para pengunjung yang mungkin....melebihi para Londoners! Bersosialisasi tampaknya menjadi kebutuhan ke-4 setelah 3 kebutuhan pokok masyarakat urban di Jakarta. Pulang kantor, macet, mending nge-mall, ngopi, nge-wine, dan nge-nge lainnya. Ketemu klien pun bisa pindah ke mall atau cafe yang notabene ada di tengah kota. Maka, jangan kaget kalau masuk ke resto atau cafe di malam kerja, ruaaaameee banget, dan memang seru! Rame, bisa ketawa-ketiwi, bisa asyik masyuk, bisa rame-rame, bisa berdua aja asal jangan berlebihan dan jadi kampungan!
Mau senang-senang, Jakarta oh Jakarta memang tempatnya. Asal punya waktu, kenalan yang memang handal dan....modal yang cukup besar. Sekali makan + minum di Social House, tolong sediakan sedikitnya 250 ribu (sudah termasuk pajak 21%, lho...), kalau ngincer wine atau liquor lain, tambahkan sedikitnya 65 rb per gelas.
So...selamat bersosialisasi di Social House atau SoHo...
Sampai ketemu lagi!

Comments

Popular posts from this blog

Booking Hotel di Traveloka Bikin Aku Melihat Dunia Lagi

Perjalanan sepuluh hari pulang ke Sumatera di Juni 2022 lalu meninggalkan banyak makna.  Rasa yang makin mengena yang pada perjalanan-perjalanan sebelumnya sejak usia muda malah mudah dilupa.  Mungkin usia.  Seorang teman baik pernah membagi perasaannya tentang nostalgia: "rasanya, setelah semakin tua aku makin ingin dekat dengan keluarga.  Bercengkrama, bertukar sapa walau hanya bisa mendengar suara tanpa harus bertatap muka."  Kalimat tersebut begitu menghanyutkan.  Sehingga, ketika pada akhirnya perjalanan di bulan Juni lalu berakhir, rasa dan nostalgia itu masih terus bergelayut.  Perjalanan yang dulu di masa muda terasa lama, sekarang meninggalkan rindu yang membabi buta.  Ingin kembali kesana.  Dan, kali depan aku harus pergi bersama dia.  Teman hidupku.  Berbagi rasa dan nostalgia.  Berdua.  Bersama.  Sinar matahari yang hangat menyambut kami di bandar udara Silangit, Siborong-borong.  Perjalanan menyusuri...

Sembilan Tahun

The secret of a happy marriage remains a secret - Henny Youngman  7 Agustus 2010 - 7 Agustus 2019:  Love is kind.  Love is patient.   3285 hari.  Iya, tiga ribu dua ratus delapan puluh lima hari sudah kami lewati.  Kalau cinta itu tidak baik dan sabar, tentu cerita akan bisa berbeda ketika tulisan ini dibuat. Rahasianya apa?  Mau banget berbagi rahasia, tapi seperti quote di atas: rahasia dari sebuah pernikahan yang bahagia akan tetap menjadi rahasia.  Sebenarnya bukan rahasia juga, karena akan senang juga kalau bisa berbagi dengan keluarga, teman dan kenalan yang sedang mencari kebahagiaan dalam satu hubungan.  Coba deh lihat  celotehan saya di bawah, rasanya sih ngga ada rahasia.  Hehehe.. Ketika kira-kira sepuluh tahun lalu saya hendak memulai perjalanan ini, tentu banyak bertanya, membaca, dan melihat beberapa kiat untuk memastikan bahwa keputusan besar yang akan saya ambil adalah benar dan akan menjadi benar di kem...

PARENTING 911

Jaman kuliah di fakultas Komunikasi Massa dulu belajar kalau mau tulisannya dibaca, maka buatlah judul yang menggelitik; provokatif tanpa harus jadi provokator. Saya dan suami diberkati dengan banyak hal selama hampir delapan tahun usia pernikahan kami, namun tampaknya Tuhan masih belum memberikan kami anak.  Tapi, sejak 5 tahun terakhir, kehidupan di rumah kami beberapa kali bersinar karena ada anak adik sepupu saya yang sejak bayi sudah mengenal kami dengan baik karena selama kurang lebih satu tahun, saya dan suami pernah tinggal di rumah Mama ketika rumah kami sedang dibangun.  Jadilah, si pengasuh mendapuk kami menjadi Papi dan Mami, sampai sekarang, sampai lahirlah anak kedua adik sepupu saya. Namanya Bianca.  Well, ini adalah nama pendek dari rangkaian namanya yang cantik.  Ternyata, nama ini terus dipakai walau tidak tertulis resmi di semua dokumennya.  Bianca sekarang sudah lima tahun, kelas TK A, sebentar di bulan Desember dia akan genap enam tahun....