Menerjang hujan badai, dalam arti sesungguhnya, dari Bintaro menuju jembatan layang Grogol, saya dan 5 orang teman membawa sekitar 125 bungkusan kecil berisi makanan kecil dan minuman kotak. Kami akan membagikan makanan ini ke sekitar 100 orang anak jalanan yang pada Minggu 15 Maret dan 25 orang kakak pengajar mereka.
Kelas besar disulap dari hamparan terpal biru agak kotor membuat 125 orang duduk di atasnya dan melakukan kegiatan belajar mengajar yang mengharu-biru siapapun yang baru sekali menyaksikannya. Kegiatan ini biasa dimulai sejak pukul 2 siang sampai 4 sore atau sedikit lebih. Siapa mereka? Saya pernah dengar tentang sekolah bawah jembatan layang ini ketika sepupu saya pernah melakukannya ketika dia masih belajar di UI sekitar 4 atau 5 tahun lalu. Perbuatan mulia. Namun, setelah sekian lama tidak terdengar kabarnya, baru pada hari itu saya lihat sendiri kegiatan ini, yang sekarang digawangi oleh satu komunitas sosial: Sahabat Anak. Ada cikal bakal UI disana, karena beberapa pengajar kebetulan adalah jebolan UI. Mungkin berkembang biak sehingga tidak ada sangkut paut UI disana, yang saya tahu lho!
YOGI
Salah satu pengajar yang menarik perhatian saya adalah: Yogi. Melihat dari perawakannya, Yogi pasti bukan anggota dari salah satu partai yang sedianya akan menjadikan slogan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa menjadi barang dagangan ketika berkampanye. Mengenakan kaos oblong dan celana tanggung, Yogi baru menghabiskan 3 hari Minggu untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar di Grogol ini. Mengaku senang dengan anak kecil dan senang mengajar, Yogi rela menghabiskan 2 jam waktu istirahatnya untuk mengajar anak-anak ini. Sore itu, dengan bermodal papan tulis putih kecil, satu spidol dan selembar tissue, Yogi resmi menjadi guru bagi sekitar 5 anak di depannya. Hari itu menu yang dia tawarkan adalah: matematika. Hhhmmm...ngeliat rumus-rumus itu aja, saya langsung panas dingin, langsung ingat guru-guru matematika, yang biasanya killer, di jaman pendidikan formal beberapa tahun ke belakang. Mengasumsikan bahwa niatnya murni dan tidak ada tunggangan dari pihak manapaun untuk ikut ambil bagian menjadi sedikit orang yang benar mendedikasikan diri untuk perbaikan pendidikan formal bagi anak-anak kurang beruntung, Yogi membuat saya teringat akan sebuat kata: tulus! Juga, bukan tidak mungkin dengan kebaikan yang ditunjukkan bagi anak-anak ini, Yogi mendapat juga kebaikan-kebaikan dalam bentuk lain. Hebat! Yogi adalah satu dari sekitar 30 orang pengajar yang mengurung 100 orang anak usia TK sampai dengan SMK. Yogi membaurkan diri di antara orang dalam kelas besar tersebut. Tidak yakin 100% tapi saya tahu ada aura niat baik dan ketulusan yang beterbangan di udara bebas bawah jembatan layang Grogol sore itu.
EVALUASI
30 orang pengajar tersebut, yang hadir pada siang-sore hari itu, menjalani satu ritual yang selalu mereka adakan setelah selesai mengajar: evaluasi. Apa yang mereka diskusikan ketika evaluasi selain perkembangan anak didik mereka? Mereka juga membuat rencana-rencana ke depan tentang masa depan anak-anak asuh mereka. Seperti: apakah mereka mampu ke jenjang pendidikan formal berikutnya, apakah ada yang kenal orang yang bisa memberikan sponsor pendidikan, apakah ada perusahaan yang mau menerima anak-anak jalanan yang telah lulus ini di kantor mereka? Apakah ini apakah itu. Terlihat kecil dan sepele, namun biasanya jika yang kecil dan sepele itu tidak diselesaikan atau perhatikan, bisa menjadi gunung yang tinggi juga dan cenderung akan lebih sulit.
Saya tidak akan komentar banyak akan kegiatan ini karena terkesan terlalu subyektif, karena teman saya adalah salah satu "pengurus besar pusat" (hanya istilah saya lho) di kegiatan ini. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh komunitas Sahabat Anak ini juga berlangsung di beberapa daerah sekitar Jakarta seperti: Manggarai, Senen dan Gambir. Di jembatan layang Grogol berlangsung setiap hari Minggu, pukul 14.00-16.00
Sahabat Anak adalah komunitas nirlaba yang digawangi oleh beberapa pemuda yang peduli akan nasib dan masa depan anak-anak jalanan di seputaran lampu merah di Jakarta. Motto mereka adalah: Stop Beri Uang pada Anak Jalanan. Komunitas ini berulang kali mengadakan acara sosial yang patut diacungi jempol, seperti baru-baru ini mereka menggelar acara Sepatu untuk Sahabatku.
Sekretariat Sahabat Anak:
Jl. Tambak II RT 006/05 No. 23
Kompleks POLRI
Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat
No. Telp: 319 37172 atau 3918505
Tetap semangat untuk ambil bagian dalam slogan cliche: Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, apapun yang anda anggap berguna anda lakukan, lakukanlah dengan tulus, seperti Yogi dan 30 temannya di Grogol.
Sampai jumpa...!
lagi blog walkin' tibatiba...WOW...temen gw ada disini...YOGI...proud of you hehehe
ReplyDeletesalam kenal yah^^