Skip to main content

24 Juli 2009 @ PASTIS

Lina, gue, Imel and Julia di belakang

“oke cui, I leave it all to you yah, secara besok gue berangkat!”
Itu kalimat Imel (si kawat/ibu komisaris) ketika kami berpisah di teras Pelangi Sea Food di daerah Wahid Hasyim. Sabtu sore, 7 hari sebelum hari “H”, hari ulang tahun Julia (ibu Direktris), Sabtu sore itu yang KGB (Ke Gereja Bareng) cuma Imel and me.

TATA CARA UNDANGAN

Senin 20 Juli, sesuai perintah ibu komisaris a.k.a si kawat, sebuah email berantai disampaikan kepada 1 orang anggota lainnya: Lina (si Ketua Kaypang). Semua jadwal manggung, semua kegiatan sosial keagaaman atau sosial kemasyarakatan atau bahkan sosial kemanusiaan harus dibersihkan dari jadwal. Jumat 24 Juli, after office hours, harus didedikasikan untuk menghadiri makan malam ulang tahun ibu direktris Juliana. HARUS! Jangan nekad!
Tahun ini, kami ber-4 sepakat untuk: mentraktir si yang punya hajat. Ketika Imel pulang dari training di Singapore pada Kamis sore, semua rencana harus sudah jelas, sehingga ketika dia sampai di kantor pada Jumat pagi, dia tahu harus pergi kemana untuk dinner malam itu. Tau dong darimana gelar komisaris itu dia dapat?! Kalo kawat sih, dari pager di gigi nya yang udah 1 abad bertengger manis di bibirnya!
Jadi deh dari Senin sampai dengan Rabu, kami ber-4 berbalas pantun di email, mencari resto terbaru di Jakarta. Tugas mulia ini sebenarnya departemen Imel, secara selain seorang komisaris dia juga adalah browser sejati dan sangat percaya tempat kuliner yang ada di KOMPAS, he…he…he…namun karena dia pergi, dia mempercayakan tampuk pimpinan sementara ke gue, si jenderal. Hebat banget ngga nieh perempuan2? Semua menduduki posisi teratas di strata sosial hasil khayalan tingkat tinggi.

KEPUTUSAN AKHIR TENTANG TEMPAT

PASTIS adalah salah satu tempat yang gue ingat, karena pernah “bertengger” di resto itu selama kurang lebih 2 menit bersama sepasang kekasih, satu waktu lalu. Cuma 2 menit, belum liat keadaan sekeliling eh…udah keluar lagi karena ternyata tempatnya terlalu serius untuk niat awal yang mau cari tempat minum atau mau menetralisir mecin atau makan yang manis-manis.
Terus dengar dari salah seorang temen lain, kalo itu adalah “her secret rendez-vous” with her “secret someone”; and it’s too secretive that I won’t share the secret with you.
Menurut temen gue ini juga, resto ini adalah kepunyaan segelintir orang, namun secara bisnis resto dipercayakan kepada seorang maestro resto berkebangsaan Italia (kabar ini belum ada konfirmasinya, jadi ngga ada nama siapapun terdapat di tulisan ini, kecuali para pemain utama).
Tampaknya tempat ini sangat cocok untuk dinner di 24 Juli nanti; ngga harus nembus 3 in 1 untuk para peserta, tidak berada di salah satu mall sombong Jakarta (kebayang dong saingan parkir di Jumat malam?), dan juga tidak berada di hotel, walaupun PASTIS berada di dalam Kuningan Suites, tepat di depan Four Seasons Hotel (American, right?!). So, PASTIS sangat…sangat aman kalau dilihat dari alasan di atas.

Dinner jam 18.00, sangat awal, biar lebih lama dan lebih seru ngobrol aja.

TEMPAT KEJADIAN PERKARA

“kijang satu sudah merapat di tempat kejadian perkara, kijang2 lain ada dimana?”.

Satu masih di bus way, satu masih baru sampai Manggarai dan satu lagi bisu tuli. Secara sebagai EO, dateng duluan dong, harus profesional! Tepat jam 18.00 melangkah anggun keluar dari mobil dan masuk ke tempat kejadian perkara. Masih sepi, hanya 3 meja yang baru terisi. Tampaknya langkah sangat bijaksana melakukan reservasi pada pagi harinya, karena ketika baru sampai, ada sekelompok orang yg kecewa karena tidak dapat meja malam itu.
Well...be wise my friends. Do the reservation, it’s Friday night!
Memasuki pertengahan waktu berganti dari 18.00 ke 19.00, kijang-kijang lain mulai berdatangan: Ketua Kaypang yang langsung melapor kepada alam alias toilet atau WC, disusul si birthday girl yang terlihat sangat fresh, sangat ulang tahun! He…he…he…karena hari itu dia cuti dan sangat sempat untuk mencuri waktu ke salon for this special occasion.
Ouwkay, karena Imel baru berangkat dari kantornya di bilangan Ahmad Yani sekitar pukul 18.30, kami bertiga memutuskan untuk memesan makanan lebih dahulu.
Sepotong papan putih berlapis kaca menjadi “menu raksasa” kami malam itu. Buku menu berbentuk papan berjalan, dan seperti seorang guru yang sabar, waitress kami malam ini menjelaskan satu per satu menu dengan sabar.

Memilih dan bertanya di resto baru adalah salah satu keajaiban alam yang dimiliki si kawat. Dia bisa tanya A-Z tentang masakan berbahan utama udang; dari sebesar apa udangnya, sesegar apa udangnya, mungkin siapa nama nelayan yang nangkep udangnya. Tapi...akhirnya dia memutuskan untuk ambil makanan apa saja kecuali berbahan utama udang! Iki opo tho, Mel...?!?
Ketika sampai di 1/3 bagian makan malam, Imel dengan liukan dan pagar kawatnya yang khas, tidak lupa dengan tas gembol andalannya, menghampiri. Cium Julia, duduk, tanya kanan-kiri makan apa, sambil ngoceh dan mengeluarkan “titipan” gue dari Singapore: G7 coffee 3 in 1, Trung Ngunyen, sekantong besar, dan benar besar karena gue titip kotak isi 24, Imel mendapat kantong isi 50! Mamma mia, perfetto! Selain kopi, ada nastar raksasa untuk tiap orang. Kemudian setelah semua isi tas dia keluarkan, baru pesan makanan.
Tidak banyak hal baru yang kami bicarakan, selain media telpon dan email, hampir setiap Sabtu sore; gue, Imel dan Julia KGB (Ke Gereja Bareng).
Lina memang tidak “sepaham” dengan kami, dia pergi ke gereja lain dan dengan teman-temannya yang lain. Pisssss, Lin!!!!

Tidak banyak hal baru yang diomongin, tapi seperti biasa tetap memukau dan memuaskan. Tidak perlu menunggu liburan panjang untuk tidak membawa otak kami serta, tapi…setiap pertemuan singkat selalu memukau. Otak tetap di tinggal baik di dashboard mobil maupun di laci kantor.
Mohon maaf kepada para tamu neh kalau suara kami mungkin lebih besar dari “bill” yang harus kami bayar malam itu.
Tidak sangat istimewa, tapi selalu menyegarkan. Baik bicara masalah di kantor masing-masing, bapak/ibu bos, rekan sejawat, perkumpulan atau kelompok yang kami ikuti, dan pertanyaan klasik menjelang Lebaran: “jadi kita kemana nieh? Apa kabar tuh Raja Ampat? Kita ke Medan aja yuk! Atau pertanyaan dan pernyataan sejenisnya. Ngga bisa liat uang agak banyak jadi musti dihabisin!
Apa kabar masa depan dan hari tua neh?
Oooh...tenang, semua pekerja kantor, jadi dapat dana pensiun atau tunjangan hari tua.

MAKANAN @ PASTIS

Karena ngomonging resto, pasti ngga lain dan ngga bukan makanan dong?
Wokie dokie. Julia, pesan penne with pork dan minum Shirley Temple. Lina pesan nasi goreng hijau (andelan para tamu nieh, secara harga ngga bikin kantong jebol, tapi bikin perut nyaman karena porsinya guedhe, man! tapi uenak tenann) and juice strawberry, gue pesen chicken with beer (or something like that) plus Shirley Temple. Imel? Dia pesan John Dori and mineral water (takut kawatnya berkarat kalo minum soda).
Dessert?! he...he...he...mafia2 di Pastis datang bergerombol membawa sepiring chocolate melted cake and seuntai nada seadanya menyanyikan lagu "happy birthday" to Julia. wek...kek..kek...kek...lumayan, gratis! Dessert tidak terlalu istimewa. Tidak ada dessert seistimewa kue coklat leleh yang dihadiahkan secara gratis oleh Pastis. Iya, istimewa...karena gratis!
Kami beranjak dari PASTIS tidak kurang dari pukul 22.00 malam itu.
See you, gals! He…he…he…seolah akan ketemu lagi dalam jangka waktu lama, padahal Sabtu sore agendanya adalah: ke gereja bareng.

Dan…Minggu pagi, agendanya adalah: minum kopi di kedai kopi di Pasar Muara Karang, plus makan pagi bersama taipan-taipan Medan.
Sampai jumpa di ulang tahun ketua Kaypang, 11 Agustus.




Sampai Jumpa! Salute...

Comments

  1. Nice story, and nicely written. Terasa suasana gembiranya, tapi kurang banyak fotonya. I'm proud of you, Sis :-)

    ReplyDelete
  2. oh... her secret rendez-vous spot..
    then u tell the world that its her secret!!!
    u, tequila!!!!!!
    I shud find a new place,lah for my called 'Afternoon D'light'.:-)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Booking Hotel di Traveloka Bikin Aku Melihat Dunia Lagi

Perjalanan sepuluh hari pulang ke Sumatera di Juni 2022 lalu meninggalkan banyak makna.  Rasa yang makin mengena yang pada perjalanan-perjalanan sebelumnya sejak usia muda malah mudah dilupa.  Mungkin usia.  Seorang teman baik pernah membagi perasaannya tentang nostalgia: "rasanya, setelah semakin tua aku makin ingin dekat dengan keluarga.  Bercengkrama, bertukar sapa walau hanya bisa mendengar suara tanpa harus bertatap muka."  Kalimat tersebut begitu menghanyutkan.  Sehingga, ketika pada akhirnya perjalanan di bulan Juni lalu berakhir, rasa dan nostalgia itu masih terus bergelayut.  Perjalanan yang dulu di masa muda terasa lama, sekarang meninggalkan rindu yang membabi buta.  Ingin kembali kesana.  Dan, kali depan aku harus pergi bersama dia.  Teman hidupku.  Berbagi rasa dan nostalgia.  Berdua.  Bersama.  Sinar matahari yang hangat menyambut kami di bandar udara Silangit, Siborong-borong.  Perjalanan menyusuri...

Sembilan Tahun

The secret of a happy marriage remains a secret - Henny Youngman  7 Agustus 2010 - 7 Agustus 2019:  Love is kind.  Love is patient.   3285 hari.  Iya, tiga ribu dua ratus delapan puluh lima hari sudah kami lewati.  Kalau cinta itu tidak baik dan sabar, tentu cerita akan bisa berbeda ketika tulisan ini dibuat. Rahasianya apa?  Mau banget berbagi rahasia, tapi seperti quote di atas: rahasia dari sebuah pernikahan yang bahagia akan tetap menjadi rahasia.  Sebenarnya bukan rahasia juga, karena akan senang juga kalau bisa berbagi dengan keluarga, teman dan kenalan yang sedang mencari kebahagiaan dalam satu hubungan.  Coba deh lihat  celotehan saya di bawah, rasanya sih ngga ada rahasia.  Hehehe.. Ketika kira-kira sepuluh tahun lalu saya hendak memulai perjalanan ini, tentu banyak bertanya, membaca, dan melihat beberapa kiat untuk memastikan bahwa keputusan besar yang akan saya ambil adalah benar dan akan menjadi benar di kem...

PARENTING 911

Jaman kuliah di fakultas Komunikasi Massa dulu belajar kalau mau tulisannya dibaca, maka buatlah judul yang menggelitik; provokatif tanpa harus jadi provokator. Saya dan suami diberkati dengan banyak hal selama hampir delapan tahun usia pernikahan kami, namun tampaknya Tuhan masih belum memberikan kami anak.  Tapi, sejak 5 tahun terakhir, kehidupan di rumah kami beberapa kali bersinar karena ada anak adik sepupu saya yang sejak bayi sudah mengenal kami dengan baik karena selama kurang lebih satu tahun, saya dan suami pernah tinggal di rumah Mama ketika rumah kami sedang dibangun.  Jadilah, si pengasuh mendapuk kami menjadi Papi dan Mami, sampai sekarang, sampai lahirlah anak kedua adik sepupu saya. Namanya Bianca.  Well, ini adalah nama pendek dari rangkaian namanya yang cantik.  Ternyata, nama ini terus dipakai walau tidak tertulis resmi di semua dokumennya.  Bianca sekarang sudah lima tahun, kelas TK A, sebentar di bulan Desember dia akan genap enam tahun....